KUPANG – Curah hujan di tahun 2016 hingga 2017 membuat pemerintah yakin, hasil panen petani sangat maksimal. Namun hujan dengan insentitas menengah yang terus mengguyur NTT hingga saat ini memaksa sejumlah petani harus berhati-hati dalam melakukan panen hasil kebun atau sawah.
“Sebenarnya hujan ini bagus karena kebutuhan air petani terpenuhi, bahkan berlimpah. Namun para petani harus waspada, karena kelebihan pasokan air juga berbahaya untuk merusak tanaman yang sudah siap panen,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTT, Hadji Husen.
Untuk menjaga agar komoditi yang sudah siap panen tidak membusuk akibat terlalu banyak air, Hadji Husen berharap para petani memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memanen hasil kebun dan sawah.
Dia pun menjamin, stok pangan di NTT masih aman hingga tiga atau empat bulan ke depan. Sehingga dia berharap, para petani dan masyarakat umumnya tidak perlu kuatir dengan kondisi saat ini. “Stok pangan aman sampai beberapa bulan ke depan,” sambung dia lagi.
Dia sebutkan, saat ini stok beras mencapai 130.000 ton, sementara kebutuhan secara nasional hanya 47.000 ton. Sementara komoditi jagung tersedia 58.000 ton, dengan kebutuhan mencapai hanya 8.000 ton, setiap hari.
Menariknnya, saat ini tersedia 20.000 ton umbi-umbian, sementara kebutuhan umbi-umbian hanya 3.000 ton per bulan. Selain itu, ada pula stok kedelai sebanyak 840 ton. “Stok ini untuk seluruh penduduk NTT yang berjumlah sekira 5 juta jiwa,” sambung Hadji lagi.
Masih menurut dia, stok pangan tersebut tersedia di gudang dan tempat-tempat penyimpanan pangan masing-masing. Khusus umbi-umbian, lanjut dia, dihitung berdasarkan luas lahan yang digarap. “Itu semua di luar dari Flores,” kata Ray di bandara Labuan Bajo, Senin (3/4).
Hadji Husen jelaskan, stok pangan tersebut di luar dari hak gubernur dan para kepala daerah dalam memanfaatkan bantuan tersebut. Gubernur misalnya, memiliki hak 200 ton beras untuk memberikan bantuan kepada warga yang mengalami musibah.
Sumber : Timor Express Selasa, 4 April 2017