Pemerintah Kabupaten Flores Timur Berita Propinsi Pemberdayaan Perpustakaan Seru

Pemberdayaan Perpustakaan Seru

| | 0 Comments | 08:13

Perpuseru (Perpustakaan Seru) merupakan program kolaboratif Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan berbagai stakeholder, dan Coca Cola Foundation Indonesia dan Bill and Melinda  Gate Foundation sebagai pendukung utamanya. Coca Cola Foundation Indonesia dan Bill and Melinda Gate Foundation melalui pertanggungjawaban sosialnya hadir untuk memberdayakan masyarakat melalui perpustakaan. Implementasi program ini membantu menciptakan berbagai social values dalam rangka memecahkan berbagai permasalah yang dihadapi masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan perekonomian. Secara riil program ini hebat bukan saja karena dilakukan secara kolaboratif tetapi juga secara sengaja menghilangkan dependency syndrome. Operasionalisasi program ini berlangsung tidak dalam konsep memberi ikan atau roti, dan atau memberi kail dan jala, tetapi lebih tinggi dari itu, program ini mendorong warga untuk mampu mengetahui dan membuat kail dan jala secara mandiri dan selanjutnya mengembangkannya demi kesejahteraan bersama.

Transformatif
Merujuk pada penjelasan di atas, tampak jelas perpustakaan tidak lagi hadir secara biasa saja, yakni sebagai tempat di mana orang datang membaca dan meminjam buku. Kini, perpustakaan hadir untuk mencerdaskan dan memajukan seluruh anak bangsa hingga dapat memiliki berbagai kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki dunia kerja, dan bahkan untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan income perkapita dan meningkatkan kualitas hidup. Pada poin ini terlihat jelas bahwa perpustakaan harus merubah dirinya terlebih dahulu, barulah kemudian dapat mentransformasikan para pemustaka untuk menjadi pemustaka yang kompetensinya terus meningkat.

Sejalan dengan ini, mungkin pembaca bertanya mengapa mentransformasi perpustakaan dan pemustaka adalah krusial. Sebab, intinya, melalui perpustakaan dan pemustaka yang telah tertransformasikan barulah bangsa ini dapat secara signifikan dapat meningkatkan derajat kompetensi orang dewasa Indonesia.

Upaya untuk mentransformasikan perpustakaan harus dilakukan sebab merupakan amanat UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. UU ini secara progresif khususnya mengatur bahwa, Perpustakaan adalah sarana pembelajaran masyarakat sepanjang hayat (pasal 2); Perpustakaan ada untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa (pasal 3); Perpustakaan perlu menyediakan layanan sesuai kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (pasal 14.3); Perlu kerjasama dari berbagai pihak untuk memajukan perpustakaan (pasal 40 dan 42); Pengembangan perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (pasal 14); Pengembangan perpustakaan harus berkesinambungan (pasal 7, 8 dan 40).

Regulasi tentang perpustakaan di atas, menjadi rujukan regulative dan landasan formal bagi dalam pengembangan perpustakaan yang mutakhir. Dalam hal ini, kehadiran Perpuseru adalah relevan dengan amanat regulasi di atas, sebab dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terkini, berbasis elektronik dan internet, didampingi oleh pustakawan yang kompeten, pemustaka akan didorong untuk menjadi warga negara yang mandiri, melalui pengembangan kompetensi kecakapan orang dewasa, secara bertahap, bertingkat, dan berkelanjutan. Karenanya, Perpuseru akan membantu para pemustaka untuk meningkatkan kemampuan literasi, numerasi dan kompetensi pemecahan masalah. Hal ini merupakan suatu keharusan. Hasil tes PIAAC (Programme for the International Assessment of Adult Competencies), survey terhadap kecakapan orang dewasa yang dilakukan oleh OECD pada tahun 2016 menunjukkan bahwa  kompetensi orang dewasa  Indonesia adalah yang paling rendah di antara 34 negara yang disurvey, jauh di bawah Singapura dan Negara-negara maju lainnya (kompas, 1 Sept/2016).

Oleh karena itu, upaya berkelanjutan peningkatan derajat kecakapan orang dewasa orang Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Jika hal ini diabaikan maka dengan sendirinya, daya saing bangsa ini akan tetap berada pada posisi yang jauh lebih rendah dari Negara-negara ASEAN lainnya. Sebab kecakapan-kecakapan orang dewasa di atas sangat diperlukan dalam bekerja dan berkarya dalam berbagai bidang kehidupan. Negara-negara maju dapat meraih kualitas kehidupan yang tinggi karena warga negaranya memiliki tingkat kecakapan orang dewasa yang tinggi pula.

Kerja sama intensif
Merujuk pada eksplanasi di atas, tampak jelas bahwa Perpuseru merupakan suatu terobosan yang perlu disambut dan dijalankan dengan antusias. Kebermanfaatan program ini secara nyata akan membantu menaikkan derajat kemampuan para pemustaka dewasa. Dalam konteks ini, Perpuseru membantu para pemustaka untuk tidak saja mengetahui dan memahami sesuatu, tetapi lebih daripada itu, mendorong mereka untuk dapat menerapkannya untuk kebaikan hidup mereka dan sesamanya.

Beberapa testimony dari pustakawan dan pemustaka yang talah menjalankan program ini memberikan harapan yang besar bagi peningkatan kompetensi orang dewasa Indonesia. Contohnya, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan yang telah menjalankan program Perpuseru, berhasil melatih 700 pemuda putus sekolah untuk mengoperasikan komputer dan menggunakan internet. Selanjutnya masing-masing mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diserapnya melalui internet. Melalui pendampingan yang dilakukan oleh pustakawan, sebagian besar dari peserta program Perpuseru ini telah bekerja, mandiri, dan memiliki mata pencaharian sendiri, dalam berbagai bidang seperti, membatik, kerajinan tangan, desain grafis, kesehatan, pertanian, tata boga, dan lain-lain.

Dalam konteks NTT, Badan Perpustakaan Provinsi NTT sejak tahun lalu sudah memulai bekerja sama dengan stakeholders pada level nasional, beberapa pertemuan dan loka karya telah dan akan dilakukan. Landasan regulatif dalam bentuk Pergub sedang digodok untuk menjadi payung kerja sama antar pemangku kepentingan dalam program Perpuseru. Pada level kabupaten, empat kabupaten telah disepakati untuk menjadi pilot projek, dan telah memulai beberapa kegiatan persiapan. Kabupaten dimaksud adalah TTS, TTU, Sikka, dan Ende, yang nanti setelah berjalan dengan baik dan berhasil sebagaimana kabupaten-kabupaten lain di Indonesia, akan direplikasi untuk kabupaten lainnya di NTT.

Tambahan pula, pada level nasional, stakeholder yang terlibat dalam program Perpuseru adalah, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Koperasi dan UKM, Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Perpustakaan Nasional, BKKBN, PT Telkom Tbk, 19 Bupati/Walikota Mitra Perpuseru, 13 Kepala Perpustakaan Provinsi dan 19 Kepala Perpustakaan Mitra Perpuseru. Dan tentunya, Coca Cola Foundation Indonesia, dan Bill Gate and Melinda Foundation. Dengan demikian, pada level provinsi, kabupaten/kota, pemangku kepentingan yang terlibat dapat mengikuti pola pada level nasional, dengan variasi sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Perluasan cakupan stakeholder pada level daerah dapat melibatkan pihak gereja, mesjid, LSM, dan berbagai asosiasi masyarakat sipil lainnya. Dengan demikian sinergitas dan akselerasi pencapaian desired outcome dapat menjadi nyata.

Tampaknya Program Perpuseru menjanjikan, bila program ini dilaksanakan dengan baik, maka ia dapat membantu membuat ‘si buta dapat melihat dan si lumpuh dapat berdiri, berjalan, dan berlari di atas kakinya sendiri’, inilah ‘pemberdayaan’ dalam arti sesungguhnya. Mari kita dukung Perpuseru agar menjadi lebih seru lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post