Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek, dilihat dengan standar baku WHO-MRGS (multicenter growth reference study). Gejala stunting jangka pendek, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal. Dalam jangka panjang menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Stunting berdampak besar bagi pembangunan ekonomi, meningkatkan biaya kesehatan dan melanggengkan kemiskinan.
Nutrisi yang terpenuhi dengan baik, terutama pada 1000 hari kehidupan( dimulai sejak janin hingga anak berumur dua tahun adalah kunci utama mencegah stunting pada anak karena pertumbuhan otak dan tubuh berkembang pesat. Riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan Tahun 2019 mencatat sebanyak 6.3 juta balita dari populasi 23 juta atau 27% balita di Indonesia menderita stunting. Jumlah yang masih jauh dari nilai standar WHO yang seharusnya dibawah 20%.
Dalam upaya penanganan stunting di Indonesia, Pemerintah sendiri sudah menargetkan Program Penurunan Stunting menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang. Memenuhi target tersebut merupakan sebuah tantangan besar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia di tengah pandemi ini.
Kabupaten Flores Timur pada tanggal 16 Nopember 2018 pertama kali melakukan deklarasi gempur stunting. Berdasarkan data yang ada jumlah balita stunting tercatat sejak tahun 2019 sebesar 31.07% tahun 2020 sebesar 22.7% dan di tahun 2021 sebesar 20.9% (Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur).
Pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi stunting telah menganggarkan dana desa untuk pemberian makanan tambahan selama 90 hari yang dilakukan oleh kader desa. Penyuluhan diberikan oleh petugas kesehatan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan keterampilan ibu tentang nutrisi yang baik selama kehamilan dan selepas ASI eksklusif, kunjungan rutin oleh pemerintah desa dan petugas kesehatan dilakukan dalam memonitoring pemberian makanan tambahan dan perkembangan kesehatan anak. Sementara jika diamati baik oleh petugas kesehatan maupun pemerintah desa faktor penyebab yang sulit dihindari diantaranya, rendahnya pengetahuan dan keterampilan ibu, kehamilan yang tidak dikehendaki, jarak kehamilan yang dekat, tidak mendapatkan ASI eklusif, Berat Badan Lahir Rendah dan Sanitasi makanan/lingkungan serta kebiasaan merokok dalam rumah.
Menghindari terjadinya stunting memang memerlukan ketekunan dan usaha yang menyeluruh dari semua pihak. Tanggungjawab menjadikan anak tumbuh sehat bukan hanya tugas para ibu, melainkan juga seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, orangtua harus berperan aktif dalam mencegah faktor-faktor tersebut terjadi pada anak mereka, salah satunya melalui deteksi dini dengan rutin memeriksakan kondisi kesehatan si buah hati ke Posyandu, Puskesmas, atau layanan kesehatan lainnya terdekat.
Penelitian yang dilakukan oleh BMC (Buol Medical Center) medicine yang dipimpin oleh Profesor Andrew Pretice mengungkap bahwa masalah stunting dapat dipengaruhi pula oleh kebersihan lingkungan, sanitasi dan akses air bersih. stunting merupakan permasalahan multidimensional sehingga penangganannya membutuhkan kerjasama lintas sektor terkait antara lembaga pemerintah, tenaga kesehatan, organisasi masyarakat, pihak swasta dan tentu saja masyarakat. Tanpa kepedulian bersama dampaknya akan mengancam kualitas sumber daya Indonesia di masa mendatang.
Pengetahuan, keterampilan dan kesabaran orangtua dalam mengolah, menyajikan dan memberi makan sangat penting karena kandungan gizi haruslah lengkap dan seimbang, sikap pilih-pilih makanan terjadi pada semua anak oleh karenanya orangtua harus lebih sabar dan telaten menyajikan makanan yang menarik anak. Salah satu penyebab tingginya stunting di Indonesia adalah kurangnya asupan protein hewani. Kebutuhan tubuh akan protein hewani tak bisa disubstitusi oleh protein nabati. Susu, telur dan daging adalah sumber protein hewani yang baik. Telur dan ikan adalah sumber protein hewani yang relatif murah dan mudah diperoleh masyarakat. Namun, kurangnya pengetahuan membuat sumber protein hewani tidak dikonsumsi dengan baik. Dengan upaya kolaborasi semua pihak, kita yakin dan optimis dapat lepas dari problem stunting di Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Flores Timur pada khususnya dapat berada jauh dibawah target Nasional, karena memiliki anak yang sehat dan tumbuh dengan baik hingga dewasa adalah idaman setiap orantua. (Mit/Flt)
Penulis: Katharina S.Kelen,SKM (Pranata Humas Diskominfo Kab.Flotim)
No responses yet