Remaja yang anemia akan rentan anemia saat dewasa, terutama saat hamil dan menyusui. Ibu yang anemia cenderung melahirkan anak yang juga anemia jika tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik. Menstruasi akan semakin meningkatkan resiko anemia pada remaja, sehingga sangat disarankan untuk dapat meningkatkan konsumsi makanan dan minuman kaya zat besi dalam daging, sayur-sayuran dan kacang-kacangan atau makanan yang telah difortifikasi zat besi. Stunting erat kaitannya dengan anemia di masa kehamilan.

Salah satu upaya pencegahan stunting yang dapat dilakukan sedini mungkin adalah menjaga kondisi ibu hamil agar terhindar dari anemia. Menurut penelitian, seorang wanita yang sedang hamil akan membutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen janinnya. Produksi sel darah merah dan hemoglobin membutuhkan berbagai komponen, seperti zat besi, asam folat dan vitamin B12. Ketika tubuh tidak memiliki asupan-asupan yang dibutuhkan hemoglobin, maka terjadilah anemia. Maka dari itu asupan-asupan penambah darah sepeti TTD atau tablet tambah darah yang berisi zat besi dan asam folat akan menyelamatkan ibu hamil dan bayinya dari kehamilan beresiko.

Kondisi anemia selama kehamilan berdampak pada bayi seperti Bayi Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan bayi dengan anemia. Kedua kondisi ini nantinya akan menghambat tumbuh kembang bayi atau stunting. Stunting tidak hanya berpengaruh kepada ukuran tubuh tetapi juga perkembangan otak dan mental anak di masa pertumbuhannya. Tidak hanya itu, anemia pun dapat mengakibatkan kematian janin baik sebelum atau setelah persalinan. Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) dan Riskesdas Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) 2018 mencatat, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia atau setara dengan 5 dari 10 ibu hamil. Dengan demikian konsumsi TTD dan makanan bergizi seimbang adalah tindakan wajib untuk para calon ibu demi mencegah terjadinya stunting.

Pemberian TTD kepada Remaja Putri melalui Posyandu dilakukan di tingkat desa/kelurahan melalui Posyandu Remaja. Pemberian TTD  dimulai dari umur 10 Tahun sampai umur 18 Tahun (dari tingkat SD sampai tingkat SMP dan SMA) bagi yang sudah mengalami menstruasi. Hal ini terjadi di semua wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Flores Timur, seperti yang dilakukan di Puskesmas Waiwerang kecamatan Adonara Timur dan Puskesmas Kalike Kecamatan Solor Selatan. Posyandu remaja di ke-2 (dua) wilayah kerja Puskesmas ini dilakukan di desa/kelurahan masing-masing sesuai titik posyandu (Posyandu Remaja). Posyandu remaja dimaksud belum berjalan secara maksimal karena yang mengikuti posyandu remaja di desa/kelurahan hanya anak SD sedangkan anak SMP dan SMA cenderung tidak mengikuti kegiatan posyandu remaja, sehingga kebijakan di lintas sektor terkait yaitu aparat

 Pemerintah desa/kelurahan dengan puskesmas diputuskan posyandu remaja di laksanakan juga di sekolah. Bagi yang sudah mengikuti di desa maka tidak lagi mengikuti di sekolah. Posyandu di desa/kelurahan dan disekolah dilaksanakan setiap bulan. Posyandu remaja ini sudah berlangsung kurang lebih 3 (tiga) tahun yaitu sejak tahun 2020 sampai dengan sekarang. Selain pemberian TTD, ada juga diberikan makanan tambahan bagi remaja putri, sosialisasi tentang pencegahan stunting melalui  cara hidup sehat, mengkonsumsi makanan yang sehat (sesuai isi piringku berupa karbohidrat, protein, buah-buahan, sayuran, lemak, susu, mineral) serta pola hidup sehat.

Kepala Puskesmas Waiwerang, Martinus Sanga Samon, A.Md. Kep juga menyampaikan bahwa lintas sektor mengadakan evaluasi setiap 3 bulan untuk mengetahui perkembangan Posyandu remaja maupun usaha untuk pencegahan dan penurunan angka stunting melalui pemberian makanan tambahan pada posyandu bayi balita.

Karena kondisi tubuh calon ibu memiliki peranan penting terhadap terjadinya stunting, maka pentingnya pemberian TTD, edukasi dan informasi tentang kesehatan reproduksi serta faktor-faktor penyebab stunting harus diberikan saat remaja baik disekolah maupun posyandu remaja, sehingga dapat diterapkan saat hamil dan memiliki anak, termasuk edukasi tentang kesiapan hamil mengingat masih banyaknya kasus hamil pada remaja di Indonesia. Agar remaja wanita yang kelak menjadi ibu juga menjadi agen pencegahan stunting. (MIT/Flt)

Penulis  : Katharina S. Kelen, SKM  (Pranata Humas Kominfo Kab. Flotim)

Tags:

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    PERSONEL DISKOMINFO FLOTIM

    Siaran Pers

    error: Content is protected !!