DBD merupakan penyakit yang kompleks. jika kita melihat dari kacamata epidemologi penyakit DB, maka ada host (manusia) agent (virus degue) dan enviroment (lingkungan) yang sangat berperan didalamnya. Ketiga hal tersebut berkaitan dan nyamuk sebagai vektor (pembawa) penyakit DBD juga tak boleh terlupakan. Demam berdarah atau deman berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Resiko dan bahaya infeksi virus dengue pada anak-anak lebih sering dan bila terkena pada anak bisa lebih berat dibandingkan pada orang dewasa.
Gejala dan Pengobatan Demam Berdarah Dengue
Gejala awal demam berdarah dengue antara lain: demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat mengerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda pendarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, pendarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi demam berdarah 3 s/d 14 hari tetapi pada umumnya 4 s/d 7 hari. Bila 2-3 hari gejala semakin memburuk seperti pasien tampak lemas, muntah-muntah, gelisah atau timbul pendarahan spontan seperti mimisan, pendarahan gusi, pendarahan saluran cerna dan lain sebagainya diharapkan agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur di bulan Januari sampai dengan 25 Maret 2022 sebanyak 39 kasus DBD tersebar di 9 Kecamatan dengan kasus terbanyak di Kecamatan Larantuka sebanyak 15 Kasus. Kasus ini meningkat dibandingkan tahun 2021, dibulan yang sama sebanyak 12 Kasus DBD.
Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Sebetulnya, kasus DBD juga terjadi pada musim kemarau, akan tetapi jumlahnya meningkat pesat saat musim hujan. Hal ini berkaitan erat dengan meningkatnya tempat perkembangbiakan atau sarang nyamuk. Tempat penampungan air yang tidak tertutup maupun barang bekas yang terisi oleh air hujan yang dibiarkan menggenang akan menjadi tempat nyamuk bertelur.
sejauh ini upaya pencegahan dan penanggulangan DBD sudah dilaksanakan. Pemerintah selain mengingatkan, juga telah melakukan pencegahan dengan 1) mengoptimalkan peran penyuluhan kesehatan di Kecamatan; 2)membagikan bubuk abate ke warga; dan 3) melakukan pengasapan/fogging. fogging bukanlah solusi pemberantasan nyamuk vektor DBD. Justru cara itu merupakan cara terahkir yang akan ditempuh ketika terjadi kasus DBD dan terbukti adanya penularan DBD di daerah tersebut. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya masing-masing, tempat kerja, sekolah dan tempat ibadah sangatlah penting dan kesadaran tiap individu-lah yang perlu dibangun. Seringkali masyarakat hanya membersihkan penampungan air dan menyingkirkan barang bekas yang berpotensi sebagai sarang nyamuk ketika akan ada monitoring dari Puskesmas atau bahkan sudah ada korban berjatuhan.
Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu: 1) menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti: bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampungan air lemari es; 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi,toren air dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah. Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan lainnya seperti: menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, misalnya water toren, gentong/tempayan penampungan air hujan, dll. Menggunakan kelambu saat tidur, menghindari kebiasaan mengantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, mengunakan anti nyamuk semprot atau oles bila diperlukan.
Yang menjadi pertanyaan sudah efektifkah pencegahan dilakukan? Apakah upaya tersebut dilakukan sebelum terjadinya kasus atau setelah munculnya kasus? Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama karena curah hujan setiap tahun sudah dapat diprediksi, oleh karenanya waktu yang tepat dilakukan upaya pencegahan sudah diketahui. Untuk mewujudkan hal tersebut diatas diperlukan komitmen bersama dari Pemerintah Daerah (tingkat Kabupaten sampai ke Kelurahan /Desa) serta peran aktif masyarakat untuk bersama-sama kita menjaga dan menciptakan lingkungan yang bebas dari penyakit , bersih dan sehat demi tercapainya kenyamanan bagi keluarga dan orang lain. Kerjasama yang baik antar masyarakat dan Pemerintah pasti akan menciptakan Kabupaten Flores Timur yang bebas dari demam berdarah.(Mit/OP)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur
Penulis : Katharina S.Kelen,SKM (Pranata Humas Ahli Muda Diskominfo Kab.Flotim)
No responses yet