Oleh : SEPTIAN FADJAR / Bidang Komunikasi Pembangunan Unicef Indonesia

Masa remaja merupakan salah satu dari periode perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis dan sosial yang sangat pesat pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun sedangkan menurut WHO remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa anak anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan ekonomi dari yang ketergantungan menjadi perlahan lahan relatif mandiri. ada dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja yaitu perubahan fisik dan biologis serta perubahan mental yang sangat pesat. Masa transisi seperti ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, di satu pihak masih anak anak di lain pihak Ia harus bertingkah seperti orang dewasa. Hal ini menimbulkan konflik dalam diri remaja yang sering menimbulkan banyak tingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak kontrol akan menimbulkan kenakalan pada remaja salah satunya adalah berupa resiko perilaku seks bebas.

Remaja putri lebih banyak mendapat pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat sehubungan dengan kesehatan reproduksi. Sebagian remaja puteri yang tidak pernah mengetahui tentang apa itu menstruasi dengan benar walaupun dirinya telah melewati masa menstruasi. Di Kabupaten Flores Timur kontribusi kehamilan remaja cukup besar yaitu sebanyak 18 % dari total kehamilan sebanyak 4187 orang. Menurut data PKBI Jawa tengah tahun 2010 remaja yang berhubungan seksual pra nikah sebanyak 863 orang, hamil pra nikah 452 orang, infeksi menular seksual 283 orang, masturbasi 334 orang dan aborsi sebanyak 244 orang, kasus ini meningkat dari tahun 2009. Data lain menunjukan bahwa sepanjang tahun 2016 Dinas Kesehatan Kota Jogyakarta mencatat banyak masalah timbul akibat kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Pada periode ini, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental, sikap, nilai dan minat baru.

Di Negara berkembang seperti Indonesia, kelompok remaja telah menjadi fokus perhatian terutama remaja puteri namun belum mencakup ke semua wilayah. Dapat dikatakan bahwa remaja puteri memiliki resiko yang lebih tinggi sehubungan dengan rencana Tuhan menyiapkan remaja puteri memiliki rahim yang akan menghadirkan generasi baru sehingga remaja puteri setiap bulan akan mengalami menstruasi. Berdasarkan data Riskesdas 2010 rata-rata usia 12 -15 tahun remaja puteri mengalami menstruasi pertama. Pada usia ini mereka masih dibangku sekolah dasar 9 tahun. Pengetahuan mereka tentang kebersihan menstruasi dan manajemen kesehatan menstruasi masih sangat minim, keadaan ini lebih diperburuk lagi dengan mitos yang berkembang di masyarakat tentang menstruasi dari generasi ke generasi, disisi lain sanitasi sekolah yang buruk menambah momok menstruasi bagi remaja puteri. Semisal jamban sekolah yang pintunya tidak bisa dikunci dari dalam dan masih banyak kendala lain yang membuat remaja puteri tidak hadir ke sekolah dan akhirnya mereka tidak mendapatkan haknya untuk mengikuti proses belajar dan tidak melewati masa kodratinya dengan suka cita dan riang gembira.

Setelah memberikan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan mentruasi kepada para Kepala Sekolah dan guru UKS dan mendapat masukan tentang tantangan dan kendala serta solusi yang dilakukan di wilayah kerjanya masing-masing, siswa pun menjadi kelompok yang sangat penting dikumpulkan untuk menjadi bagian dari sebuah perencanaan tentang diri mereka sendiri yang mungkin selama ini diabaikan oleh kebijakan atau sebuah perencanaan yang tidak memperhatikan kondisi kelompok yang rentan ini. Beberapa murid mewakili teman-temannya dapat diberdayakan sebagai informan yang lebih realistis dan implementatif dapat dikaji untuk menjadi masukan pengambil kebijakan atau untuk perbaikan kebijakan yang sudah ada. Terutama tantangan yang dihadapi dan menjadi bagian dari merancang kegiatan promosi dan materi-materi komunikasi perubahan perilaku.

Memperhatikan pentingnya beberapa masalah diatas yang akan berkontribusi besar terhadap meningkatnya kualitas hidup anak remaja terkhusus remaja puteri, disabilitas dan inklusi sosial maka Pemerintah Kabupaten Flores Timur dengan mendapat dukungan dari Unicef Perwakilan NTT dan NTB yang bermitra dengan YPPS menyelenggarakan kegiatan Workshop Bersama Siswa Sekolah Untuk Mengidentifikasi Tantangan MKM Dan Penggunaan Aplikasi OKY Dan Merancang Kegiatan Promosi Dan Materi Komunikasi Di
Kabupaten Flores Timur

Adapun tujuan dari kegiatan ini dimaksudkan agar:

  1. Siswa mampu memahami peran sekolah maupun peran siswa dalam mendukung kebijakan dan strategi pembangunan WASH khususnya pada manajmen kesehatan dan kebersihan menstruasi dan penggunaan inovasi aplikasi OKY di Kabupaten Flores Timur;
  2. Siswa mampu mengidentifikasi tantangan dalam implementasi manajemen kesehatan dan kebersihan menstruasi dan penggunaan inovasi aplikasi OKY disekolah maupun diluar sekolah termasuk didalam keluarga;
  3. Siswa mampu melakukan desain model promosi sesuai usia dan situasi remaja saat ini tentang manajemen dan kebersihan menstruasi dan penggunaan inovasi aplikasi OKY;
  4. Siswa mampu menyusun materi komunikasi perubahan perilaku tentang MKM dan penggunaan aplikasi OKY disekolah dengan menggunakan bahasa dan media yang mudah dipahami oleh remaja dan dapat di implementasikan secara berkelanjutan;
  5. Siswa dapat termotivasi terhadap cerita perubahan atau praktek baik yang dilakukan oleh siswa di sekolah lain dalam kegiatan ini.

Selain diarahkan kepada para siswa kegiatan ini juga menyasar pada para guru dengan tujuan agar :

  1. Guru dapat termotivasi terhadap cerita perubahan atau praktek baik yang dilakukan oleh siswa disekolah lain dalam pertemuan ini
  2. Guru dapat mendukung siswa untuk mengidentifikasi tantangan dalam implementasi manajmen kesehatan dan kebersihan menstruasi dan penggunaan inovasi aplikasi OKY disekolah
  3. Guru dapat mendukung siswa dalam menentukan solusi dari tantangan dalam implemantasi manajemen kesehatan dan kebersihan menstruasi dan penggunaan inovasi aplikasi OKY
  4. Guru dapat mendukung desain model promosi manajmen kesehatan dan kebersihan dan penggunaan inovasi aplikasi OKY yang mudah dipahami oleh siswa
  5. Guru dapat menciptakan model untuk memantau keberlanjutan implementasi manajmen kesehatan dan kebersihan menstruasi dan penggunaan aplikasi OKY pada siswa disekolah maupun diluar sekolah.Teridentifikasinya tantangan pelaksanaan MKM dan penggunaan aplikasi OKY disekolah terutama bagi siswa difabel.
  6. Guru mampu mendukung siswa dalam merancang materi komunikasi perubahan perilaku tentang MKM dan penggunaan aplikasi OKY dan
  7. Guru dan siswa mampu memahami dan melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan MKM dan Aplikasi OKY

Dengan demikian melalui kegiatan
ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa keluaran, yaitu :

  1. Terjadinya perubahan perilaku siswa yang sebelumnya menganggap menstruasi merupakan beban berat yang harus dilalui akan berubah menjadi menstruasi merupakan rutinitas bulanan yang harus disambut dengan suka cita.
  2. Terjadinya perubahan perilaku siswa dari merasa menstruasi adalah urusan privasi yang sangat tabu dibicarakan oleh orang lain berubah menjadi menstruasi adalah hal yang harus dipelajari dengan benar dan wajib membagi informasi benar tentang menstruasi kepada teman dan keluarga.
  3. Siswa mampu menjadi bagian dari merencanakan dan aktivitas solusi dari tantangan dan kendala yang dihadapi oleh teman temannya dalam mengakses manajmen dan kesehatan menstruasi serta penggunaan inovasi aplikasi OKY di sekolahnya masing – masing.
  4. Tersedianya identifikasi rancangan kegiatan promosi dan materi komunikasi MKM dan penggunaan aplikasi OKY disekolah. Adanya proses berbagi pengalaman dan pembelajaran dalam pelaksanaan MKM dan OKY disekolahnya masing masing.
  5. Meningkatnya pemahaman tentang arah kebijakan dan strategi Nasional tentang MKM dan aplikasi OKY
  6. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan siswa tentang konsep dasar dan implementasi MKM dan Aplikasi OKY
    Meningkatnya pengetahuan siswa tentang konsep dasar dan implementasi sanitasi sekolah.
  7. Meningkatnya pemahaman dan keterampilan membagi informasi MKM OKY pada teman dan keluarga terutama bagi siswa atau remaja difabel.
  8. Meningkatnya pemahaman dan keterampilan pencatatan dan pelaporan edukasi MKM OKY

Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator dan pendidik sebaya kepada teman-temannya di sekolah maupun luar sekolah , Folow up dan monitoring internal MKM dan Aplikasi OKY pada sekolahnya masing-masing serta melakukan pencatatan dan pelaporan sederhana setiap bulan, serta mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi kegiatan MKM dan Aplikasi OKY disekolahnya masing-masing.

Tags:

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    error: Content is protected !!